Kana Wa Akhwatuha
D-viralz.com | Pada artikel ini, kita akan belajar tentang kaana wa akhawatuha (kaana dan sudara-saudaranya). Ia merupakan salah satu amil yang memasuki mubtada’ dan khabar. Simak penjelasannya sampai selesai.
Pada
dasarnya mubtada’ dan khabar, sama-sama beri’rab marfu’. namun apabila dimasuki
kana dan teman-temannya, maka i’rabnya berubah. Contoh:
Pasar
itu dipenuhi oleh manusia |
السُّوْقُ مُزْدَحِمٌ بِالنَّاسِ |
Setelah
dimasuki kana, maka menjadi:
Pasar
itu dipenuhi oleh manusia |
كانَ
السُّوْقُ مُزْدَحِمًا بِالنَّاسِ |
Perhatikan perbedaan kedua contoh diatas, setelah jumlah ismiyah dimasuki kana, maka khabarnya berubah harakatnya menjadi fathatain, yang mana sebelumnya berharakat dhommatain.
Fungsi kana
Dari
gambaran kedua contoh di atas, dapat diketahui bahwa kana berfungsi merafa’kan
mubtada’ dan menashabkan khabar (baca: mubtada’ dan khabar). Oleh sebab itu
ia disebut fi’il nasikh, karena merubah i’rab khabar yang semula marfu’ menjadi
manshub.
Setelah mubtada’ khabar dimasuki kana, maka mereka berdua berubah namanya. Yang semula mubtada’ berubah menjadi isim kana, dan khabar berubah menjadi khabar kana. Namun yang bisa merafa’kan mubtada’ dan menashabkan khabar, tidak Cuma kaana, melainkan ada banyak yang jumlahnya 13. Mereka itu disebut saudara-saudara kana (akhawatu kaana).
Saudara-saudara kana (akhwatu kana)
kaana
mempunyai teman yang jumlahnya 13, yaitu:
kana & saudara-saudaranya (kaana wa akhawatuha) |
|
Kebanyakan
tidak diartikan |
كَانَ |
Berada
di waktu sore |
أَمْسَى |
Menjadi/Berada
di waktu pagi |
أَصْبَحَ |
Berada
di waktu dhuha/menjadi |
أَضْحَى |
Berada
di waktu siang |
ظَلَّ |
Bermalam |
بَاتَ |
Menjadi |
صَارَ |
Tidak |
لَيْسَ |
Senantiasa |
زَالَ |
Senantiasa |
فَتِئَ |
Senantiasa |
بَرِحَ |
Senantiasa |
انْفَكَّ |
Senantiasa |
دَامَ |
Kana
dan saudara-saudaranya diatas termasuk kalimah fi’il (kata kerja). Namun ia
bukan fi’il tam, melainkan fi’il naqis (fi’il yang tidak sempurna). Dikatakan
demikian karena ia tidak bisa bekerja layaknya fi’il normal yang membutuhkan fa’il dan maf’ul bih. Ia bisa
bekerja ketika masuk ke mubtada’ dan khabar.
Kaana dan saudara-saudaranya dapat
dikelompokkan menjadi 3 kelompok.
Kelompok yang bekerja (merafa’kan mubtada’ dan menashabkan khabar) tanpa syarat
ظَلَّ |
كَانَ |
بَاتَ |
أَمْسَى |
صَارَ |
أَصْبَحَ |
لَيْسَ |
أَضْحَى |
Contoh kaana dan wa akhwatuha yang merafa’kan mubtada’ dan menashabkan khabar tanpa syarat
Artinya |
Setelah dimasuki kana & saudara-saudaranya |
Asalnya (mubda’& khabar) |
Anak
itu tidur |
كَانَ
الْوَلَدُ نَائِمًا |
الْوَلَدُ نَائِمٌ |
Sapi
itu kenyang di waktu sore |
أَمْسَى
الْبَقَرُ شَابِعًا |
الْبَقَرُ
شَابِعٌ |
Kamu
menjadi guru |
أَصْبَحْتَ
مُدَرِّسًا |
أَنَا
مُدَرِّسٌ |
Kambing
itu sakit di waktu dhuha |
أَضْحَى
الْغَنَمُ مَرِيْضًا |
الْغَنَمُ
مَرِيْضٌ |
Bapak
senantiasa begadang |
ظَلَّ
الْوَالِدُ سَاهِرًا |
الْوَالِدُ
سَاهِرٌ |
Cuaca
dingin di malam hari |
بَاتَ
الْجَوُّ بَارِدًا |
الْجَوُّ
بَارِدٌ |
Muhammad
menjadi nabi |
صَارَ
مُحَمَّدٌ نبِيًّا |
مُحَمَّدٌ
نبِيٌّ |
Laki-laki
itu bukan pencuri |
لَيْسَ
الرَّجُلُ سارِقًا |
الرَّجُلُ
سارِقٌ |
Kelompok yang bekerja dengan syarat harus didahului nafi (peniadaan) atau nahi (larangan)
زَالَ |
فَتِئَ |
بَرِحَ |
انْفَكَّ |
Contoh kaana dan wa akhwatuha yang merafa’kan mubtada’ dan menashabkan khabar dengan syarat harus didahului nafi atau nahi
Artinya |
Setelah dimasuki saudara-saudara kana |
Asalnya |
Hujan
senantiasa deras |
مَا زَالَ
الْمَطَرُ غزِيْرًا |
الْمَطَرُ
غزِيْرٌ |
Cuaca
senantiasa dingin |
مَا فَتِئَ
الْجَوُّ بَارِدًا |
الْجَوُّ
بَارِدٌ |
Langit
senantiasa cerah |
مَا بَرِحَتِ
السَّمَاءُ صَافِيَةً |
السَّمَاءُ
صَافِيَةٌ |
Cuaca
senantiasa mendung |
مَا انْفَكَّ
الْجَوُّ غَائِمًا |
الْجَوُّ
غَائِمٌ |
Kelompok yang bekerja dengan syarat harus didahului مَا mashdariyah dhorfiyyah
Ia
hanya satu, yaitu دَامَ . contohnya:
Langit
senantiasa menurunkan hujan |
مَادَامَتْ السَّمَاءُ مُمْطِرَةً |
Keterangan-keterangan seputar kana wa akhwatuha
1. kana wa akhawatuha terbagi menjadi 3 ditinjau dari
segi tashrifnya:
a. kelompok yang mempunyai bentuk mudhari’ dan amr.
Dan keduanya bisa beramal sebagaimana amalnya bentuk madhinya. Mereka adalah:
Bentu amr |
Bentuk mudhari’ |
Bentuk madhi |
كُنْ |
يَكُوْنُ |
كَانَ |
أَصْبِحْ |
يُصْبِحُ |
أَصْبَحَ |
أَضْحِ |
يُضْحِي |
أَضْحَى |
ظِلَّ |
يَظِلُّ |
ظَلَّ |
أَمْسِ |
يُمْسِى |
أَمْسَى |
بِتْ |
يَبِيْتُ |
بَاتَ |
صِرْ |
يَصِيْرُ |
صَارَ |
b. kelompok yang mempunyai bentuk mudhari’ saja. Dan ia bisa beramal sebagaimana amalnya bentuk
madhinya. Mereka adalah:
Bentuk mudhari’ |
Bentuk madhi |
يَزَالُ |
زَالَ |
يَبْرَحُ |
بَرِحَ |
يَنْفَكُّ |
اِنْفَكَّ |
يَفْتَأُ |
فَتِئَ |
c.
kelompok yang hanya mempunyai bentuk madhi saja. Mereka tidak punya bentuk
mudhari’ maupun amr. Mereka disebut fi’il jamid. Mereka adalah لَيْسَ dan دَامَ.
2.
huruf nun yang ada diakhir kata كَانَ boleh dihapus, contoh:
وَلَمْ أَكُ بَغِيًّا |
1 |
وَلَا تَكُ فِيْ ضَيْقٍ |
2 |
وَإِنْ تَكُ حَسَنَةً |
3 |
3. khabar kana boleh
berada di antara kana dan isimnya, contoh:
وَكَانَ حَقًّا عَلَيْنَا نَصْرُ
الْمُؤْمِنِيْنَ |
Kata
yang berwarna merah adalah khabar kana. Dan yang berwarna biru adalah isim
kana.
4. khabar kana boleh mendahului
kana, contoh:
ذَكِيًّا
كَانَ مُحَمَّدٌ |
Kata yang berwarna merah adalah khabar kana. Dan yang berwarna biru adalah isim kana.
Demikianlah pembahasan kana wa akhwatuha. Tunggu artikel berikutnya tentang inna wa akhawatuha, lanjutan dari pembahasan amil-amil yang memasuki mubtada’ dan khabar. Semoga bermanfaat, wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Posting Komentar untuk "Kana Wa Akhwatuha"